karomah,Ibnu Atha'illah,Ibnu Attho'illah

WALI ALLAH DI JAKARTA

Diposting pada

Daftar Isi

Dari Beos, nama populer untuk Stasiun Kereta Api Jakarta Kota, Anda bisa mengendarai ojek dengan ongkos murah, antara Rp 4.000 sampai Rp 5.000. Kalau Anda mengendarai mobil pribadi, atau membawa rombongan dengan kendaraan bus, bisa melewati Jalan Muara Baru, Jakarta Utara. Tempat parkir di makam itu cukup luas. Bahkan di sana juga tersedia penginapan dengan fasilitas memadai.

Ini adalah makam Habib Husain bin Abubakar Alaydrus, yang biasanya diziarahi orang setiap malam Jumat Kliwon. Makamnya terletak di sebuah serambi di sebelah kiri masjid. Almarhum adalah mubalig, ulama, dan wali yang hidup pada abad ke-18. Jumlah peziarah semakin meningkat, terutama pada bulan Syawal, yang merupakan haul Habib Husain, dan bulan Maulud, saat peringatan Maulid Rasulullah SAW. Makam itu diselimuti dengan kelambu putih itu. Habib Husain wafat pada hari Kamis 17 Ramadan 1169 H (24 Juni 1756), pada usia 32 tahun.

Di makam yang lebih dikenal sebagai Makam Kramat Luar Batang itu juga terdapat makam sahabat seperjuangan dan orang kepercayaan Habib Husain bernama Abdul Qadir yang berdarah Cina.

Makam Kramat Koja

Di kawasan Koja, Tanjungpriok, Jakarta Utara, terdapat sebuah makam yang dikeramatkan, dikenal penduduk sebagai Makam Kramat Koja. Itulah makam Al-Imam Al-‘Arif Billah Al-Habib Hasan bin Muhammad Al-Hadad. Letaknya sekitar 300 meter dari Rumah Sakit Koja, di samping Pelabuhan Peti Kemas. Habib Hasan lahir di Ulu, Palembang, Sumatra Selatan, pada 1870 M/1291 H.

Sejak kecil belajar pengetahuan agama kepada ayah dan kakeknya, di usia remaja ia belajar ke Hadramaut. Sepuluh tahun kemudian, 1880, ketika ia pulang ke tanah air, kebetulan rakyat Banten tengah mengobarkan perlawanan terhadap penjajah Belanda, dan banyak ulama yang dikejar-kejar Belanda. Di antaranya ada yang menyelamatkan diri ke Palembang dan mendapat perlindungan Habib Hasan.

Pada 1899, ketika berusia 29 tahun, Habib Hasan berlayar ke Jawa untuk berziarah ke makam para wali, seperti Habib Husain Alaydrus di Luar Batang (Jakarta Utara), Sunan Gunung Jati di Cirebon (Jawa Barat), dan Sunan Ampel di Surabaya (Jawa Timur). Rupanya inilah perjalanan terakhir baginya. Ketika sampai di Batavia, kapal yang ditumpangi pecah. Ia wafat dan jenazahnya dimakamkan oleh penduduk di Kampung Koja.

Sekitar 23 tahun kemudian, pada 1922, makam itu tergusur oleh pembangunan pelabuhan yang dilakukan oleh Belanda. Ketika jenazahnya diangkat, ternyata masih utuh dan berbau harum.

Di kompleks makam ini juga terdapat beberapa makam keluarga Habib Hasan, seperti Habib Zen bin Muhammad Al-Haddad (adik kandung), Habib Ahmad bin Zen Al-Haddad (kemenakan), Habib Ali bin Zen Al-Haddad, Habib Muhammad bin Abdul Qadir Al-Haddad, dan lain-lain.

Makam Kramat Kampung Bandan

Ada tiga makam di sekitar Masjid Al-Mukarramah, Kampung Bandan, di tepi Jalan Lodan Raya, Kelurahan Ancol, Pademangan, Jakarta Utara. Ini adalah makam Habib Muhammad bin Umar Al-Qudsi (wafat 23 Muharam 1118 H/1698 M), Habib Ali bin Abdurrahman Ba’alwi (wafat 15 Ramadan 1122 H/1702 M), dan Habib Abdurahman bin Alwi Asy-Syathri (wafat 18 Muharam 1326 H/1906 M), pendiri Masjid Al-Mukarramah.

BACA JUGA:  Sunan Bonang, Makamnya Di Dua Tempat

Masjid yang berdiri di tanah seluas 700 meter persegi itu teduh, karena dikelilingi pepohonan yang rimbun. Namun, karena masjid tidak memiliki lahan parkir yang luas, para jemaah harus parkir di tepi Jalan Lodan. Pada bulan Maulud dan Syakban, menjelang Ramadan, ribuan kaum muslimin berziarah ke sana.

Makam Habib Ali Kwitang

Namanya Habib Ali bin Abdurrahman bin Abdullah Alhabsyi, tapi lebih dikenal dengan julukan Habib Ali Kwitang – karena rumah dan makamnya di kawasan Kwitang, Jakarta Pusat. Lokasinya di sebelah selatan Toko Buku WaliSongo. Untuk mencapai makam tersebut, dari Terminal Bus Senen atau Stasiun Kereta Api Senen, Anda cukup jalan kaki.

Menyusuri kawasan Kwitang seperti menyusuri kawasan pondok pesantren. Di Jalan Kembang VI di kawaan Kwitang itu, misalnya, berdiri megah Masjid Riyadh, sementara di sekitarnya beberapa toko kitab. Ini adalah kompleks Islamic Centre Indonesia (ICI). Di kompleks itu pula terdapat makam Habib Ali Kwitang.

Habib Ali lahir di Kwitang, Minggu 20 Jumadilawal 1286 H (20 April 1870). Hampir semua ulama Betawi pernah berguru kepadanya. Muridnya, yang kemudian menjadi ulama besar, antara lain K.H. Abdullah Syafi’ie, K.H. Thahir Rohili, K.H. Noer Ali. Habib Ali Kwitang berpulang ke rahmatullah pada hari Minggu, 20 Rajab 1388 H (13 Oktober 1968), dalam usia 102 tahun.

Makam Pangeran Jayakarta

Kota Jakarta (dahulu Jayakarta) didirikan oleh Pangeran Jakerta alias Jayakarta. Makam ulama dan pahlawan ini terletak di kawasan Jatinegara Kaum, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur. Untuk menuju ke kompleks makam ini, Anda bisa menggunakan mikrolet dari Terminal Kampung Melayu yang melewati Jatinegara. Dahulu kala, Jatinegara (“negara sejati”) merupakan ibu kota yang didirikan oleh sang Pangeran, setelah ia hijrah dari Jakarta Kota – yang kala itu diduduki oleh VOC Belanda.

Peninggalan Pangeran, antara lain, Masjid As-Salafiah dan sebuah tasbih besar yang tergantung di masjid tersebut. Di kompleks makam ini terdapat beberapa makam Pangeran, pengikut, dan keluarga. Misalnya, lima petinggi Kerajaan Jayakarta, seperti Pangeran Achmad Djakerta, Lahut Djakerta, Soeria bin Pangeran Padmanegara, dan Pangeran Sageri beserta istrinya, Ratu Rapiah Putri. Selebihnya makam keluarga dan kerabat keturunan Pangeran Jayakarta.

Makam Al-Hawi Condet

Ada sebuah kompleks makam para ulama dan habaib terkenal, dikenal sebagai Al-Hawi, terletak di kawasan Condet, Jakarta Timur.