tasawuf,muroqobah

UNGKAPAN MAULANA JALALUDDIN RUMI KETIKA FANA KEPADA ALLAH

Diposting pada

Daftar Isi

UNGKAPAN MAULANA JALALUDDIN RUMI KETIKA FANA KEPADA ALLAH)

Jika engkau blm mempunyai ilmu, hanyalah prasangka, maka milikilah prasangka yg baik tentang ALLAH. Begitulah caranya!

Jika engkau hanya mampu merangkak, maka merangkaklah kepada-Nya! Jika engkau blm mampu berdoa dgn khusyuk, maka tetaplah persembahkan doamu yg kering, munafik dan tanpa keyakinan, karena ALLAH dgn rahmat-Nya akan tetap menerima mata uang palsumu!

Jika engkau masih mempunyai seratus keraguan mengenai ALLAH, maka kurangilah menjadi sembilan puluh sembilan saja. Begitulah caranya! Wahai pejalan!

Biarpun telah seratus kali engkau ingkar janji, kemarilah datang, dan datanglah lagi! Karena ALLAH telah berfirman: “Ketika engkau melambung ke angkasa, ataupun terpuruk ke dalam jurang, ingatlah kepada-KU, karena AKU-lah jalan itu.”

Pendapat Jalaludin Rumi tentang fana: “Apakah makna ilmu tauhid? Hendaklah kaubakari dirimu di hadapan yang maha satu. Seandainya kuingini cemerlang bagai siang hari, bakarlah eksistensimu (yang gelap) seperti malam dan luluhkan wujudmu dalam wujud pemelihara wujud, seperti luluhnya tembaga dalam adonannya. Dengan begitulah kau bisa mengendalikan genggamanmu atas “aku” dan “kita”, dimana semua kehancuran ini tidak lain timbul dari dualisme.

 Menurut Jalaludin Rumi , kata “aku” yang diucapkan seorang sufi dalam keadaan fana tidak diisyaratkan pd dirinya sendiri, karena terdapat perbedaan kata “aku” yang diucapkan untuk menekankan pribadi kemanusiaan serta keterpesonaan padanya dengan kata “aku” yang diucapkan untuk mengisyaratkan Dzat Illahi. Yang pertama, menurutnya, merupakan laknat. Sementara yang kedua merupakan Rahmat:
kata Aku bukan pada waktunya merupakan laknat (bagi pengucapnya). Dan pada waktunya merupakan Rahmat. Karena itu kata Aku yang diucapkan al-Mansur (maksudnya, al-Hallaj) merupakan rahmat yang berhasil dicapainya.

“Burung, seandainya berkicau bukan pada waktunya, wajib dipotong kepalanya. Dan ini (agar terpelihara kebenaran) saat pemberitahuan. Apa itu pemotongan kepala? Yaitu pemancungan jiwa (hewani) dengan jihad serta penghindaran kata-kata yang menekankan pada pribadi manusia.”

Kefanaan dalam pandangan Jalaludin Rumi adalah mengantar pada kefanaan dari kehendak: “Bukankah kalian yang mengatakan, bahwa sesungguhnya (wujud pribadi kita) ini korban yang disajikan kepada kholik dan kita fana dalam kebaqaan? Terlepas kita ini orang-orang berakal ataupun orang-orang gila, kita adalah para pemabuk atau peminum dan piala itu sendiri. Dan kitapun menundukan kepala kepada kehendak Nya maupun keinginan Nya, bahkan mengorbankan roh-roh kita yang manis (bagi cinta Nya)

❤ Mawlana Syaikh Jalaluddin Rumi qs.

BACA JUGA:  al Qusyairi, Hakekat Fana

اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى