TELAGA KEWALIAN YANG DISEMBUNYIKAN DARI PANDANGAN KASYAF DAN PENGETAHUAN MAKHLUQ ( AL MASYRABUL KITMANI)

Diposting pada

Daftar Isi

* TELAGA KEWALIAN YANG DISEMBUNYIKAN DARI PANDANGAN KASYAF DAN PENGETAHUAN MAKHLUQ ( AL MASYRABUL KITMANI) *

Al Masyrab Al Kitmani artinya telaga (tempat minum) ilmu kewalian yang dirahasiakan oleh Allah SWT dari pandangan dan pengetahuan seluruh makhluk-Nya, baik kepada para malaikat maupun para nabi dan para wali, kecuali Rasulullah SAW dan Wali yang mendapat amanat untuk menjaga telaga tersebut. Telaga ini berhubungan langsung dengan induk telaga ilmu kenabian yang diamanatkan oleh Allah SWT kepada Al Khatmul Anbiya’ wal Mursyaliin Rasulullah SAW. Untuk lebih jelasnya, secara global dan sedikit penjelasan akan kami paparkan hal tersebut untuk sidang pembaca, dengan catatan jika tidak faham tanyakan pada ahlinya.

Untuk menjelaskan dimana dan bagaimana status posisi telaga ilmu kewalian yang dirahasiakan tersebut, berikut ini kami sajikan sebuah skema global yang terkenal dengan sebutan Al Hadharat Al Mustafidlatu Sab’ah.

الحَضَرَاتُ المُستَفِضَةُ سَبعَ

Al Hadharat Al Mustafidlatu Sab’ah.

Al Hadharat Al Mustafidlatu Sab’ah kalau kita terjemahkan dengan bahasa yang bebas dan lugas adalah susunan birokrasi kepangkatan bagi pejabat ruhani, yaitu yang berjalan diantara para nabi dan para wali Allah SWT. Karena hakekat dari mereka ini adalah orang orang yang dipilih oleh Allah SWT sebagai pemangku amanah jabatan serta tugas uluhiyah dan rabubiyyah.

Secara global susunan jabatan tersebut terbagi dalam beberapa eselon, yang mana dalam bahasa arabnya disebut sebagai Hadarah yang terbagi dalam tujuh tingkatan.

1. Hadarah Al Haqiqah Al Ahmadiyyah. Adalah sebuah tingkatan martabat yang sangat ghaib dari keghaiban Allah SWT. Pada posisi yang amat sangat tinggi dan sakral ini, tak ada seorangpun dari para nabi dan rasul yang tahu hakekatnya baik dalam masalah pengetahuan (ma’rifah), ilmu, asrar, karunia, tajalliyat, ahwal al ‘aliyah (tata krama kelas tinggi) dan ahlak suci. kecuali Allah SWT dan Rasulullah SAW. Posisi ini dikhususkan oleh Allah SWT untuk Rasulullah SAW karena tinggi dan sempurnanya martabat dan kemulyaannya. Inilah hadrah Al Barzahul Akbar (sekat pemisah terbesar) antara Dzat Pencipta dan seluruh ciptaannya. yang juga dikhususkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dalam kapasitasnya sebagai Al Khatmul Anbiya’ wal Mursaliin.

2. Hadarah Al Haqiqah Al Muhammadiyyah. Adalah sebuah medan rahasia hakekat Nabi Muhammad SAW yang bisa dicapai atau dijangkau oleh kemampuan intelektual, emosional dan spiritual para nabi dan rasul alaihimus shalaatu wassalam, juga oleh para pembesar malaikat (malaikat al muqarrabiin), para wali quthub, para shiddiqiin, para wali dan ahli ma’rifah sesuai daya kemampuan mereka masing masing. Dijelaskan dalam kitab Jawaahirul Ma’ani bahwa, setiap fenomena yang mampu dijangkau oleh seluruh makhluk baik berupa ilmu, ma’rifah, karunia, tajalliyat, taroqqiyat, ahwal, maqaamat dan akhlak semuanya itu merupakan aliran dari Hakekat Al Muhammadiyyah.

3. Hadaraat Para Nabi dan Rasul ‘alaihimus shalaatu was salaam dalam menerima limpahan berbagai jenis karunia yang mengalir dari Hadrah Haqiqah Al Muhammadiyyah sesuai tingkat kekuatan dan daya jangkau (intelektual, emosional dan spiritual) mereka masing masing. Sebagaimana dijelaskan oleh Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijani ra dalam kitab Jawaahirul Ma’ani dalam menjelaskan ahli hadarah ini, dikatakan bahwa: Setiap karunia yang mengalir dari Dzat Sayyidul Wujud Rasulullah SAW diterima oleh Dzat para Anbiya’. Dan arwah para Anbiya’ bergantung pada ruh Al Khatmul Anbiya’ yang juga sebagai Sayyidul Anbiya’.

4. Hadarah Al Khatmul Awliya’ Al Quthbul Maktuum. Adalah medan (martabat) yang menjadi tempat penghulu dan penutup puncak martabat para awliya’ yang berpangkat Al Quthbul Maktuum (wali quthub yang dirahasiakan). Dimana beliau juga bertugas sebagai Barzakhul Baraazakh yaitu sekat / pemisah terbesar yang menjadi hijab antara para anbiya’ dan para Wali Quthub, Arifiin, Shiddiqiin serta seluruh makhluk yang ada di jagad raya ini. Al Khatmul Auliya’ mendapatkan dua macam aliran karunia khususiyah sekaligus, yang pertama adalah seluruh karunia yang mengalir dan memancar dari Sayyidul Wujud Rasulullah SAW kepada para Nabi, selanjutnya terhimpun jadi satu lagi dan mengalir seluruhnya masuk kedalam telaga Al Khatmul Awliya’, yang kedua adalah berbagai karunia khususiyah yang memancar langsung dari Dzat Sayyidul Wujud Rasulullah SAW dalam kapasitasnya sebagai Al Khatmul Anbiya’. Seluruhnya diterima langsung oleh Dzat Al Khatmul Awliya’ yang memang menjadi pewaris khususnya. Arwah para wali seluruhnya bergantung dibawah panji Al Khatmul Awliya’, sama seperti arwah para nabi bergantung di bawah panji Al Khatmul Anbiya’. Al Khatmul Awliya’ adalah Sayyidul Awliya’ atau imam dan tempat rujukan seluruh awliya’ sejak diciptakannya alam raya ini sampai ditiupnya sangkakala. Dan Al Khatmul Awliya’ secara hakekat sudah menjabat dan melaksanakan tugas kewaliannya sejak sebelum Nabi Adam as diciptakan. Demikian juga Al Khatmul Anbiya’ secara hakekat sudah menjabat dan melaksanakan tugas kenabiannya sejak sebelum Nabi Adam as diciptakan.

BACA JUGA:  MAQOM WALI MAZDUB

قَالَ سَيِّدُنَا الشَّيخِ أَحمَدَ اِبْنِ مُحَمَّدَ التِّجَانِي رَضِيَ اللهُ عَنهُ: كُنْتُ وَلِيًّا وَأَدَمَ بَينَ الْمَاءِ وَالطِّينِ كَمَا قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ: كُنتُ نَبِيًّا وَأَدَمَ بَينَ الْمَاءِ وَالطِّينِ.(رماح: 2\493) Berkata Sayyiduna Asy Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijani ra: “Aku sudah jadi wali sedangkan Nabi Adam masih berada diantara air dan tanah (belum diciptakan)” sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:” Aku sudah jadi nabi sedangkan Nabi Adam masih berada diantara air dan tanah (belum diciptakan)”.)Rimah Edisi terbaru Juz 2/493) قَالَ سَيِّدُنَا الشَّيخِ أَحمَدَ بنِ مُحَمَّدَ التِّجَانِي رَضِيَ اللهُ عَنهُ: أَنَا سَيِّدُ الأَولِيَاءِ كَمَا كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ سَيِّدُ الأَنبِيَاءِ. (رماح: 2\495) Berkata Sayyiduna Asy Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijani ra: “Aku adalah penghulu para wali” sebagaimana Rasulullah SAW sebagai penghulu para nabi”.)Rimah Edisi terbaru Juz 2/495)

Dan perkara yang lebih besar lagi adalah sabda Rasulullah SAW yang menyatakan: إِنَّ لَهُ ثَلاَثَمِائَةِ خُلُقٍ مَنْ تَخَلَّقَ بِوَاحِدٍ مِنْهَا أَدْخَلَهُ اللهُ الَجنَّةَ (رماح : 2\495) “Sesungguhnya bagi Allah SWT itu ada tiga ratus macam akhlak, barangsiapa yang berakhlak dengan salah satu dari tiga ratus akhlak tersebut, maka Allah SWT masukkan dia kedalam surga”. (Rimah edisi terbaru: 2/495)

Sayyidi Syeikh dalam kapasitasnya sebagai Al Khatmul Awliya’ Al Quthbul Maktuum adalah satu satunya Wali Allah yang menguasai seluruh akhlak tersebut secara sempurna. Sedangkan para wali lainnya menguasai ahlak tersebut hanya sebagian sebagian saja sesuai dengan tingkat kemampuan (daya idrak) dan maqam atau martabat mereka.

Dan sebenarnya masih banyak khususiyah Al Khatmul Awliya’ yang belum kami sebutkan dalam buku ini, namun kami berharap semoga keterangan yang sangat sedikit ini bisa menggugah pembaca untuk mencari dari sumber lain yang lebih lengkap.