Daftar Isi
IMRAN BIN HUSEIN RA SAHABAT NABI PENCETUS KENDURI SETELAH KEMATIAN
Sewaktu hendak meninggal, ia berwasiat kepada kaum kerabatnya dan para sahabatnya; “Jika kalian telah kembali dari pemakamanku, maka sembelihlah hewan, adakanlah jamuan, rayakanlah layaknya pesta pernikahan!”
Beliau adalah orang yg dijuluki menyerupai seperti malaikat dimana beliau memiliki kebiasaan mengkhususkan waktu untuk lebih banyak beribadah, berdzikir dan wirid, beliaulah perintis pertama kali yg mempelopori jamuan makan setelah wafatnya seorang muslim. Imran bin Husein radliyallahu anhu adalah salah satu ahlus-suffah dan salah satu sahabat yg Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam sebutkan dalam Hadits diganjar akan ditempatkan di syurganya Allah.
Sahabat yg mempelopori KEBIASAAN MENGKHUSUSKAN WAKTU UNTUK BERAMAL IBADAH dan JUGA PELOPOR JAMUAN MAKAN SETELAH HARI KEMATIAN.
Beliau wafat setelah sepeninggal Rasulullah, artinya perilaku Imran bin Husain yakni mengadakan jamuan makan telah ada pada masa para sahabat.
Pada masa pemerintahan Amirul Mukminin Umar bin Khatthab radliyallahu anhu Imran dikirim oleh khalifah ke Bashrah untuk mengajari penduduk dan membimbing mereka mendalami agama. Demikianlah, di Bashrah ia melabuhkan tirainya, maka ketika dikenal oleh penduduk, mereka pun berdatangan mengambil berkah dan meniru teladan ketakwaannya.
Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah (642 M, Madinah – 15 Oktober 728 M, Basra, Irak) dan Abubakar Muhammad bin Sirin al-Bashri atau Ibnu Sirin rahimahullah (653 – 729 M, Basra, Irak) berujar, “Tidak seorang pun di antara sahabat2 Rasulullah SAW yg datang ke Bashrah, lebih utama dari Imran bin Husain!”
Dalam beribadah dan berhubungan dgn Allah, Imran tak sudi diganggu oleh apa pun. Ia menghabiskan waktu dan seolah2 tenggelam dalam ibadah, hingga seakan2 dirinya bukan lagi penduduk bumi. Seolah2 ia adalah malaikat, yg hidup di lingkungan malaikat, bergaul dan berbicara dgnnya, bertemu muka dan bersalaman dengannya.
Keimanan Imran bin Husain membuktikan hasil gemilang. Ketika ia mengidap suatu penyakit yg selalu menggangu selama 30 tahun, tak pernah ia merasa kecewa atau mengeluh. Bahkan tak henti2nya ia beribadah kepada-Nya, baik di waktu berdiri, di waktu duduk dan berbaring.
Dan ketika para sahabatnya dan orang2 yg menjenguknya datang dan menghibur hatinya terhadap penyakitnya itu, ia tersenyum sambil berkata, “Sesungguhnya barang yang paling kusukai ialah apa yg paling disukai Allah.”
Dan sewaktu hendak meninggal, ia berwasiat kepada kaum kerabatnya dan para sahabatnya, “Jika kalian telah kembali dari pemakamanku, maka sembelihlah hewan dan adakanlah jamuan!”
Memang, sepatutnyalah mereka menyembelih hewan dan mengadakan jamuan. Karena kematian seorang Mukmin seperti Imran bin Hushain bukanlah merupakan kematian yg sesungguhnya. Itu tidak lain dari pesta besar dan mulia, di mana satu ruh yg tinggi dan diridhai dibawa menghadap-Nya.
(Dinukil dari Kitab Shuwar Min Hayati al-Shohabat, karya Syekh Prof Dr. ‘Abdul Rahman Ra’fat Al-Basya)
Itu sebab para ulama menganjurkan kenduri/selamatan selama 7 hari dimana berisikan bacaan2 Qur’an, zikir, sholawat, dan tentunya SEDEKAH yg pahalanya di niatkan bagi si mayit.
LADUNI.ID
—————–
Tambahan :
Imran bin Hushain adalah salah seorang Sahabat Nabi Muhammad, qadi, serta periwayat hadits. Termasuk ASHAB AL MIATAIN – PERAWI 100 HADITS. Sahl bin Sa’d RA meriwayatkan sebanyak 188 Hadits ‘Ubadah bin Shomit RA meriwayatkan sebanyak 181 Hadits. Imran bin Hashin RA meriwayatkan sebanyak 180 Hadits
Nama lengkapnya ialah Imran bin Hushain bin Ubaid bin Khalaf al-Khuza’i. Ia dan ayahnya, Hushain bin Ubaid, masuk Islam pada tahun terjadinya Perang Khaibar (629 M).Umar bin Khaththab saat menjadi khalifah menunjuk Imran bin Hushain sebagai qadi dan pengajar agama bagi penduduk Bashrah, dan sejak saat itu ia menetap di sana.
Di Bashrah, Imran bin Hushain mengajarkan agama dan meriwayatkan hadits pada banyak ulama Tabi’in, termasuk di antaranya Ibnu Sirin. Pada masa terjadinya perselisihan kekuasaan antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abi Sufyan, Imran bin Hushain bersikap tidak memihak dan menganjurkan masyarakat agar juga bersikap demikian.
Imran bin Hushain wafat di Bashrah (sekarang di Irak) pada tahun 52 H / 673 M.
DR Syaikh Abdurrahman Ra’fat Al-Basya, adalah seorang sastrawan dan pujangga Arab, kelahiran Suriah tahun 1338 H / 1919 M, mengambil S1 jurusan Ushuluddin, kemudian mengambil program S2 – S3 jurusan sastra dan bahasa Arab di Universitas Fuad Al-Awwal atau Universitas Kairo Mesir. Beliau sempat mengajar di Universitas Damaskus Suriah, kemudian pindah ke Saudi Arabia dan mengajar di Universitas Al-Imam Muhammad Bin Saudh di Riyadh, bahkan sempat menjadi Dekan Jurusan Balaghah pada fakultas bahasa Arab.
Summarized and shared by Ahmad Zaini Alawi Khodim JAMA’AH SARINYALA