KISAH SUFI YUNUS BIN ADAM: HALWA, MAKANAN DARI SURGA

Diposting pada

Daftar Isi

Jin-jin pengawal yang unggul atas tugas ini berhasil menyingkirkan raksasa-raksasa itu. Kemudian, ia menemukan bahwa ada semacam jaring tak kelihatan yang membungkus seluruh benteng itu. Ini pun dihancurkan oleh para jin yang terbang dan mempunyai kecerdikan khusus untuk merobek jaring itu.

Rintangan terakhir berupa batu besar tak tampak, yang memenuhi ruang antara benteng dan tepi sungai. Para jin menyingkirkannya, lalu sesudah itu menghabarkan salam dan terbang pergi laksana kilat, kembali ke asal mereka.

Yunus menoleh dan menyaksikan sebuah jembatan, dengan sendirinya, muncul dari dasar sungai, dan ia berjalan memasuki benteng tanpa perlu berbasah kaki. Seorang pengawal gerbang segera membawanya kepada putri, yang sungguh jauh lebih mempesona dibandingkan kali pertama terlihat oleh Yunus.

“Kami sangat berterima kasih pada Tuan karena Tuan telah menghancurkan rintangan-rintangan yang melingkupi benteng ini,” kata putri itu. “Dan aku kini bisa kembali kepada ayahandaku dan ingin sekali memberikan hadiah atas kepahlawanan Tuan. Mintalah apa saja yang Tuan mau, niscaya akan dikabulkan.”

“Mutiara tanpa banding,” sahut Yunus. “Hanya satu hal yang kuidamkan, kebenaran. Dan sudah sepantasnya bagi mereka yang memiliki kebenaran untuk mengaruniakannya kepada siapa pun yang bisa memetik manfaat darinya. Hamba mohon pada Paduka Putri, sudilah kiranya Paduka mengaruniakan kebenaran itu kepada hamba.”

“Katakanlah Tuan, kebenaran yang sekiranya bisa kusampaikan, niscaya akan kusampaikan.”

“Baiklah, Yang Mulia, bagaimana dan dengan aturan apa Makanan Surga, yaitu halwa menakjubkan, yang Paduka kirimkan pada hamba setiap hari, ditakdirkan dikirimkan dengan cara demikian?”

“Yunus, putra Adam,” jawab putri itu. “Halwa itu, begitulah engkau menyebutnya, kulempar ke sungai setiap hari sebenarnya sisa-sisa bahan riasan yang kupakai setelah mandi susu.”

BACA JUGA:  KISAH SUFI: GERBANG SURGA

“Akhirnya aku paham,” kata Yunus. “Bahwa pengertian manusia terkondisi sesuai dengan kemampuannya untuk mengerti. Bagi Paduka, halwa adalah sisa-sisa bahan perawatan tubuh setiap hari. Tetapi bagi hamba, itu adalah Makanan Surga.”

***
Idries Shah menyebut kisah ini ditulis oleh Halqawi. Dan menurut Halqawi, hanya ada sedikit kisah Sufi, yang bisa dibaca oleh siapa pun saat kapan pun dan tetap mempengaruhi ‘kesadaran batin’ secara konstruktif.

“Hampir semua yang lain,” katanya, “tergantung pada di mana, kapan, dan bagaimana kisah-kisah itu dipelajari. Dengan begitu, kebanyakan orang hanya akan menemukan di dalamnya apa yang mereka harapkan: hiburan, teka-teki, dan alegori.”

Dari Abdullah Busr radhiyallahu ‘anhu bahwa seorang laki-laki berkata,

“Wahai rasulullah, sesungguhnya syari’at-syari’at Islam telah banyak yang menjadi kewajibanku, maka beritahukan kepadaku sesuatu yang dapat aku jadikan sebagai pegangan!”

Rasulullah bersabda, “Hendaknya senantiasa lidahmu basah karena berdzikir kepada Allah.”