KISAH SUFI SYEH ALI FARMADHI, DUNIA TAK KASAT MATA

Diposting pada

Daftar Isi

Idries Shah dalam bukunya berjudul “Tales of The Dervishes” mengangkat kisah sufi yang merupakan kisah nyata tentang kehidupan salah seorang Sufi terbesar yang pernah hidup.

Syaikh Ali Farmadhi (meninggal tahun 1078) menganggap kisah berikut penting dalam menjelaskan kepercayaan Sufi bahwa ‘dunia tak kasat mata’ selalu menembus kenyataan sehari-hari, pada setiap saat, di berbagai tempat.

Hal-hal, katanya, yang kita anggap tak terpahami, sebenarnya bisa ditelisik pada campur tangan di atas. Lebih lanjut, orang-orang tidak mengenali keterlibatan ‘dunia’ ini dalam dunia kita, sebab mereka yakin bahwa mereka mengetahui penyebab senyatanya dari berbagai peristiwa.

Padahal sebenarnya tidak. Hanya jika mereka bisa menyimpan dalam pikiran mereka tentang kemungkinan adanya dimensi lain yang terkadang bergesekan dengan pengalaman-pengalaman sehari-hari manusia, barulah dimensi ini bisa mereka dapati.

Syeh Ali merupakan Syeh kesepuluh dan guru pengajaran dari tarekat Khwajagan (‘Para Guru’), yang belakangan dikenal sebagai tarekat Naqshbandi. Berikut kisahnya:

Pada zaman dahulu, ada seorang benama Mojud. Ia hidup di sebuah kota kecil dan bertugas sebagai seorang pegawai rendahan, dan tampaknya kelak ia akan menjabat sebagai Pengawas Timbangan dan Ukuran.

Pada suatu hari, ketika ia sedang berjalan-jalan melewati kebun sebuah gedung kuno di dekat rumahnya, Khidr, Penuntun Para Sufi yang gaib, muncul di hadapannya, berpakaian hijau bercahaya. Khidr berkata, “Orang yang berpengharapan cemerlang! Tinggalkan tugasmu dan temui aku di pinggir sungai tiga hari lagi.” Kemudian, bayangan itu pun lenyap.

BACA JUGA:  WALI INI MENUNDUKKAN SINGA DENGAN TATAPAN MATA

Mojud menghadap atasannya dengan ragu bercampur takut dan berkata bahwa ia harus meninggalkan tugasnya. Semua orang di kota kecil itu segera mendengar perihal itu dan berkata, “Mojud malang! Ia pasti sudah gila.” Tetapi, karena ada banyak orang yang bisa menggantikan pekerjaan yang ditinggalkannya itu, orang-orang pun segera melupakannya.

Pada hari yang ditentukan, Mojud bertemu Khidr, yang berkata, “Lepas pakaianmu dan ceburkan dirimu ke sungai. Mungkin ada seseorang yang akan menolongmu naik.”

Mojud berbuat demikian, meskipun ia bertanya-tanya, jangan-jangan dirinya memang sudah gila.

Karena bisa berenang, ia tidak tenggelam, tetapi terbawa arus cukup jauh sebelum seorang nelayan menariknya ke perahunya, dan berkata, “Orang tolol! Arus sungai begitu kuat. Apa yang mau kau lakukan dengan berhanyut-hanyut ini?’