Kisah Ratusan Utusan Khalifah Terbunuh di Tanah Jawa Sebelum Syekh Subakir Datang

Diposting pada

Daftar Isi

Sebuah upaya membersihkan tempat dari hal-hal yang dianggap tidak bersih. “Menyucikan suatu tempat dengan cara menanam “tanah” di tempat yang dianggap angker,” tulis Agus Sunyoto.

Gambar: Foto Situs Syekh Subakir di Desa Penataran, berlokasi di sebelah utara masjid. Bentuknya makam berukuran panjang lengkap dengan batu nisan. Selembar kain mori menyelubungi nisan.

Untuk memperlihatkan nisan, Umar membuka selubung. Pada permukaan nisan yang entah terbuat dari batu pualam kuno atau jenis lain, ia menunjukkan guratan.

Sekilas mirip rangkaian aksara arab belum diketahui artinya. Walau tidak sedikit yang menyebut petilasan. Umar lebih meyakini situs yang ia kelola adalah sebuah makam.

“Apakah itu betul makam Syekh Subakir, wallahulam,” kata Umar menjelaskan.

Agus Sunyoto dalam Atlas Wali Songo mencatat, ada sejumlah tempat di pantai utara Jawa yang dikenal sebagai Makam Panjang. Tempat yang berada di Gresik, Lamongan, Tuban, Rembang dan Jepara tersebut diyakini sebagai kuburan atau bekas petilasan.

Di situs sejarah Syekh Subakir di Penataran Blitar terdapat lempengan batu candi yang diyakini sebagai tempat Syekh Subakir bersujud. “Karenanya dinamai batu Pasujudan. Tempat Syekh Subakir bersujud, sembahyang,” kata Umar.

BACA JUGA:  DEBAT SYEH SUBAKIR DAN SABDO PALON

Tepat di sebelah kanan kiri makam Syekh Subakir juga terdapat makam lain. Posisinya sedikit di bawah. Dua makam tersebut, menurut Umar adalah pusara Syekh Bela Belu.

Posisi sebelumnya berada di depan masjid. Pada tahun 2019, pengurus situs Syekh Subakir memindahkan di tempat sekarang ini. “Saat pemindahan dilakukan ritual tujuh kali khatam Al-Quran semalam. Yang melakukan 35 orang penghafal Quran,” ujar Umar.

Pendekatan lemah lembut ditengarai menjadi kunci keberhasilan Syekh Subakir mengenalkan Islam di tanah Jawa.

Dalam syiar, Syekh Subakir tidak pernah mengusik nilai keyakinan dan kebudayaan penduduk Jawa yang sudah mapan. Sebelum masuk ke dalamnya, Syekh Subakir lebih dulu menyelami situasi kebatinan orang Jawa.

“Syekh Subakir datang dengan merangkul. Sebelum menata manusianya, ia lebih dulu menata tempatnya dengan menanam tumbal,” kata Umar.