KISAH NYATA KAROMAH SYEKH MAIMUN ZUBAIR DI MESIR, BISA MELIPAT WAKTU

Diposting pada

Daftar Isi

Lalu saya bergegas harus menyiapkan makan malam. Beliau pasti butuh kamar kecil untuk bersuci dan jamak salat Maghrib dan Isyak. Maka saya telepun hotel dekat airport yang bisa menyiapkan makan malam siap santap dan bisa ke kamar kecil dan mushalla.

Perjalanan 400 kilometer sungguh terlipat waktunya hanya 2,5 jam (padahal setiap saya jalan ke sana bila tidak bersama Syaikhona KH. Maimoen Zubair, antar 7-9 jam). Namun pukul 19.00 kami tiba di Luxor di sebuah restoran hotel, lalu kami makan malam seafood dengan cepat. Beliau memberi saya uang 300 pound Mesir, standar umum makan berempat sudah cukup. Ternyata totalan kasir harganya 750 pound Mesir. Si Mbah Maimoen Zubair melihat kalau saya menambahi banyak.

“Mas Fadlolan kok nambah banyak…?” tanya beliau.

Saya jawab, “Tidak nambah Mbah,” kata saya.

“Lho saya lihat nambah kok…. “ katanya. Karena orang Arab Mesir biasa ngitung uang diangkat di depan mata dia, maka kelihatan dari jauh jumlah tambahannya lebih banyak.

Ringkas cerita, beliau mendesak pertanyaan:

“Berapa itu tadi mas..?,” tanya

Saya jawab, “750 pound Mbah…..”

Saking tidak ridlanya harga yang terlalu mahal, terucap kata-kata beliau “Laisa minna” / “bukan golongan kita”.

Masyaallah, kami keluar dari restoran tersebut, tidak lama malam itu restoran terbakar bersama hotelnya, tidak bisa dipadamkan. Sopir saya menelepon saya: “Masyaallah kalumu Syaikh Maemun Khothiir, kalamuhu dua”/ (Omongannya Syaikh Maemun bahaya, omongannya itu doa”. “Al-funduk alladzi na’kul fih mahruq lam yathfihi”/”Hotel yang kita buat makan tadi terbakar tidak bisa dipadamkan”.

Sebelum sampai restoran, saya sempatkan telepon kawan inteligen wilayah Luxor untuk menunda pesawat terbang yang akan kami tumpangi, karena saya membawa seorang ulama besar dari Indonesia Syekh Maemun Zubair. Telat sekitar 30-45 menit, kami sudah dekat airport namun mau ke kamar kecil dan makan malam terlebih dahulu. Alhamdulillah pesawat didelay 30 menit. Perjalanan terlipat jauh lebih cepat, kami masuk airport tidak usah check in, langsung disambut kawan-kawan mabahist dauli (inteligen Negara Mesir) langsung dikasih boarding pass kami dan masuk pesawat tanpa urusan.

Begitu masuk pesawat, langsung pintu ditutup dan terbang. Orang Mesir dan turis lain, tertahan 30 menit di dalam pesawat. Begitu melihat kami orang Indonesia yang menyebabkan mereka di-delay, lalu pada nyeletuk: Ya Andunisi/Hai orang Indonesia…!!! Saking capeknya, saya ngantuk, tapi Syaikhona Maemun Zubair memegangi tangan saya sepanjang perjalanan, dan sering dililing wajah saya seraya berkata: Mas Fadlolan tadi naik apa…? Saya jawab: “Naik Burok, Mbah”. Beliau jawab: Hiya betul…betul…betul… mas Fadlolan.

Setibanya di Cairo, saya antar beliau istirahat, lalu pagi harinya saya bawakan Koran. Terdapat foto berita hotel yang tempat kami makan tadi malam terbakar tidak bisa dipadamkan, akibat dingendikani: “laisa minna”. Itulah orang alim dan pengasih.

BACA JUGA:  MBAH MANGLI KIYAI YG MEMPUNYAI ILMU MELIPAT BUMI :

Saya curi pandang wajah beliau, ternyata air mata mengalir di pipinya, menangis tanda menyesali ucapan beliau yang menjadi doa kesedihan orang lain. Inilah waliyullah yang arif dan penyayang semua makhluk. Perjalanan ini tidak pernah bisa saya ulang seumur hidup ini.

Cerita ini sering disampaikan pada tamu-tamu yang sowan di ndalem Sarang, dan juga dalam banyak pengajian. Saat itu saya masih tinggal di Cairo Mesir. Banyak yang mendengar cerita ini, dan baru ketemu saya, sering ketemu orang yang kenalan, lalu tiba-tiba dia berkata: Oh ini tah yang namanya Fadlolan, yang sering diceritakan Syaikh Maemun Zubair.

Saya bersyukur bisa khidmah beliau, dan banyak kenangan yang spesial diberikan kepada saya, dari diberikan seorang istri, sering diberikan ijazah khusus, dan sampai dua kali datang mendoakan pesantren “Fadhlul Fadhlan”. Perintah dan ridlo beliau pesantren ini terwujud, dan berkat doa beliaulah pesantren ini cepat berkembang.

Engkaulah guru mursyidku dan orang tuaku yang makrifat mengetahui banyak hal yang sedang dan terencana akan saya laksanakan. Terkadang saya sendiri tidak tahu, dan engkau memberikan isyarat lewat mimpi maupun lewat utusan santri yang selalu membawa pesan amanat langsung datang menghampiri kediamanku. Dari sini lah beliau selalu membekali ijazah doa-doa untuk bekal berjuang di dalam negeri ini….

Cita-citamu ingin wafat di Makkah, sehingga tiap tahun selalu naik haji. Dan kini Allah kabulkan. Harapanmu ingin wafat hari Selasa, sebagaimana ulama-ulama besar, kini Engkau wafat hari Selasa. Saya sedih kau tinggalkan, tapi demi cita-citamu ketemu Allah di hari dan tempat yang dicita-citakan, saya turut bahagia.

Semoga Syaikhona Maemun Zubair, ditempatkan disisi Allah SWT, sorga Firdaus dan selalu memberkahi kita, sekalipun semayam di Ma’la Makkah al-Mukarromah, pada hari ini pukul 04,00 waktu Makkah, Selasa, 6 Agustus 2019/5 Dzul Hijjah 1440 H. tapi selalu berama dengan kami. Fatihahku selalu mengiringimu ya Syaikhona Maemun Zubair.

Sumber

Editor: Tim

Wartawan: Tim
Dr. KH. Fadlolan bersama KH. Maimoen Zubair. foto: IST/ BANGSAONLINE
SURABAYA, BANGSONLINE.com –