wali paidi,Wali-Wali Allah,Uwais,Uwais alQorni,Dzikir,wali,Mukjizat, Karamah, Ma'unah,,Irhas

KISAH JULAIBIB, SAHABAT NABI YANG JADI REBUTAN BIDADARI SURGA

Diposting pada

Daftar Isi

“Tetapi bukan untukku,” kata Rasulullah. “Ku pinang putri kalian untuk Julaibib,” tegas Rasulullah.

“Julaibib?”, nyaris terpekik ayah sang gadis.

“Ya. Untuk Julaibib.”

“Ya Rasulullah. Saya harus meminta pertimbangan istri saya tentang hal ini,” kata ayah sang gadis.

“Dengan Julaibib?”, istrinya menjawab, “Bagaimana bisa? Julaibib berwajah lusuh, tidak bernasab, tidak berkabilah, tidak berpangkat, dan tidak berharta. Demi Allah tidak. Tidak akan pernah putri kita menikah dengan JulaibibPerdebatan itu tidak berlangsung lama. Dari balik tirai sang putri berujar: “Siapa yang meminta?” Sang ayah dan sang ibunya pun menjelaskan.

“Apakah kalian hendak menolak permintaan Rasulullah? Demi Allah, kirim aku padanya. Dan demi Allah, karena Rasulullah yang meminta, maka tiada akan membawa kehancuran dan kerugian bagiku”. kata sang gadis.Sang gadis salehah itu lalu membaca ayat (yang artinya): “Dan tidaklah patut bagi lelaki beriman dan perempuan beriman, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”. (QS. Al-Ahzab: 36)

Dan sang Nabi dengan tertunduk berdoa untuk sang gadis salihah itu. “Ya Allah, limpahkanlah kebaikan atasnya, dalam kelimpahan yang penuh berkah. Jangan kau jadikan hidupnya payah dan bermasalah,” demikian doa indah Rasulullah.

Maka benarlah doa Nabi SAW. Tak lama kemudian Allah karuniakan jalan keluar baginya. Kebersamaan di dunia ternyata tidak ditakdirkan terlalu lama. Meski di dunia sang istri salehah dan bertaqwa, tapi bidadari telah terlampau lama merindukannya di Surga. Julaibib lebih pantas menghuni surga daripada dunia yang tidak bersahabat padanya.

Saat syahid di medan perang, Rasulullah begitu kehilangan. Pada akhir pertempuran, Nabi SAW bertanya “Apakah kalian kehilangan seseorang?”

“Tidak Ya Rasulallah” serempak sahabat menjawab. Sepertinya Julaibib memang tidak berarti di kalangan mereka.

“Apakah kalian kehilangan seseorang?,” tanya Rasulullah kembali. Nabi SAW bertanya lagi. Kali ini wajahnya merah bersemu. “Tidak Ya Rasulallah”. Kali ini sebagian menjawab dengan was-was, beberapa orang menengok ke kanan dan ke kiri.

Rasulullah menghela nafasnya. “Tetapi aku kehilangan Julaibib,” kata beliau. Para sahabat tersadar, “Carilah Julaibib!”

Maka Julaibib yang mulia pun ditemukan. Ia terbunoeh dengan luka-luka di sekujur tubuh dan wajahnya. Di sekitar jasadnya, ada tujuh jasad musuh telah ia bunoeh. Rasulullah dengan tangannya sendiri mengkafani Julaibib. Beliau mensalatkannya dan berdoa, “Ya Allah, dia adalah bagian dari diriku dan aku adalah bagian dari dirinya.” kata Rasulullah.

Demikian Kisah Julaibib yang akhir hayatnya berakhir syahid ketika membantu Rasulullah SAW dan para sahabat. Pilihannya berjihad dan merindukan syahid mendapat ganjaran indah dari Allah SWT. Rupa memang tidak seelok para bangsawan, harta tak sebanyak yang dimiliki para raja, namun bidadari surga berebut menginginkan sosok Julaibib.Tepatlah kiranya kita menyimpulkan bahwa ketaqwaan merupakan harta paling berharga di sisi Allah. Sebab kekayaan, rupa maupun kedudukan di dunia akan lenyap begitu ajal datang menghampiri pemiliknya.