Daftar Isi
KENAPA PARA NABI, WALI, HABAIB DAN ULAMA IDENTIK DENGAN BERTONGKAT ??
Di berbagai riwayat dan kisah kehidupan para nabi dan wali, tongkat mjd benda yg sangat dekat dan setia menemani dalam perjuangan mensyiarkan agama Allah di muka bumi ini.
Rasulullah bertongkat, Nabi Ibrahim bertongkat, Nabi Musa bertongkat, Nabi Hidir bertongkat, dan juga nabi2 yg lain. Ternyata memakai tongkat itu merupakan sunah para nabi, auliya dan kekasih Allah.
Wakil Ketua Lembaga Dakwah PBNU KH Muhammad Nur Hayid (Gus Hayid) menjelaskan kisah Imam Syafi’i, bahwa Imam Syafi’i pun juga bertongkat meskipun beliau masih kuat dan tidak tua. Saat ditanya sahabatnya, kenapa engkau bertongkat padahal engkau masih kuat? Sang imam menjawab, karena biar aku ingat bahwa aku ini musafir di dunia ini. Tujuan kita adalah akhirat.
Tanpa disedari umur manusia semakin hari meningkat tua, namun masih lagi ada segolongan masyarakat Islam yg tidak menerima akan hakikat tersebut dengan tidak mengendahkan akan ajaran dan peraturan Islam. Para Nabi, dan sahabat dan seterusnya para salihin yg terdahulu, mereka semakin tua semakin kuat amalan dan ibadat mereka dengan mengikut sunnah para Nabi. Salah satu contoh sunnah yg mereka ikuti ialah bertongkat.
Jika dilihat dari segi pengertian bertongkat di mata masyarakat umum ianya cuma sekadar satu keperluan kerana keuzuran, mempertahankan diri daripada musuh dan kemalangan atau sekadar koleksi peribadi. Namun tidak semua orang mengetahui kaitan bertongkat dgn agama lebih2 lagi hubungannya dgn sunnah Rasullullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dan akhlak para nabi2 terdahulu.
Para ulama ada menyebut, bahawa bertongkat adalah salah satu akhlak dan tatacara kehidupan para nabi Alaihimussalatu Wassalam, salihin dan ulama2 Islam zaman dahulu sepertimana berkata Ibn Abbas Radhiallahu Anhu yg bermaksud:
“Bertumpu kepada tongkat termasuk akhlak para Nabi, dan adalah Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri bertumpu kepada tongkat.”.
Disebut dalam riwayat lain bahawa bertongkat juga adalah alamat orang yg beriman kerana meneladani sunnah para nabi, di samping dianggap sebagai penyelamat daripada binatang buas semasa dalam musafir jika tongkatnya berasal daripada kayu Luz. Sebagaimana hadis riwayat Ibn Abbas menyebutkan di dalam kitab As-Suyuti, (kitab Al-Hawi), 289:
“Bertongkat adalah tanda orang beriman dan sunnah para nabi. Dan sesiapa yg keluar belayar jauh (musafir) dgn membawa bersama-nya tongkat dari kayu Luz pahit, dia diselamatkan Allah daripada segala binatang buas yg memudharatkan dan pencuci dosa”.
Di dalam al-Quran sendiri juga jelas ada menyatakan bahawa para Nabi Alaihimussalatu Wassalam, memakai tongkat sama ada pemakaian dalam kehidupan seharian atau ketika sedang beribadat termasuklah Nabi Sulaiman dan Nabi Musa
Imam As Syafi’i sendiri menyatakan kepada para muridnya, “Aku tidak pernah bebas dari kefakiran, telah berlaku padaku masa2 dimana aku memakan adonan tepung dan meminum air.” (Kitab Manaqib As Syafi’i li Al Baihaqi, 2/169,170)
Maka sang imam yg hafal al-Qur’an di usia tujuh tahun dan diizinkan mengeluarkan fatwa di usia lima belas tahun ini menyampaikan jawaban, “Agar senantiasa menjadi pengingat bagi diri, bahwa aku hanya seorang musafir yg sedang mampir. Mampir untuk mengabdi, tidak tinggal untuk selamanya.”
Tongkat bagi beliau bukan sekadar kayu. Bukan sekadar penopang jalan atau untuk bergaya. Bagi laki2 surgawi yg menjadi teladan kesabaran dalam menuntut ilmu ini, tongkat pun dijadikan sarana untuk mengingat kematian, agar diri tidak lalai dan terbuai dgn dunia.
Dulu, lanjut Gus Hayid g saat ini sedang berada di Kairo, Mesir, setiap musafir bisa dipastikan membawa tongkat. Selain berfungsi untuk penguat perjalanan di padang pasir atau hutan, tongkat juga difungsikan untuk keamanan jika ada binatang buas. Itulah filosofi bertongkatnya sang imam. Para kiai, habaib senior, termasuk Habib Umar Alhafidz, juga para kiai kita saat ini tambahnya, juga banyak yg bertongkat. Selain itu para penyebar Islam di negeri kita, wali songo dan pendiri NU KH Hasyim Asy’ari juga bertongkat.
Karena selain mengikuti sunah nabi dan para nabi, juga itbak (mengikuti) Imam Syafi’i dan cara terbaik untuk selalu ingat bahwa kita hanya bak musafir hidup di dunia ini.
Selain itu, bertongkat adalah cara terbaik untuk menjaga pandangan mata kita agar fokus kepada tujuan yg ia sebut ghoddul bashor.
Orang yg membawa tongkat tentu akan fokus pada jalan yg akan dilewati melalui tongkat yg ada di tangannya. Tongkat adalah wasilah untuk dia bermusafir dalam rangka menuju rumah akhirat.
Dengan membawa tongkat akan mengingatkan ia untuk tidak bermaksiat. Siapkah para sahabat ikut bertongkat ?.