Daftar Isi
Setelah keduanya duduk di warung, “Pesen teh hangat tiga pak,” pinta Gus Miek. Membuat Kyai Faqih bingung.
“Kok tiga, Gus? Lha satunya untuk siapa?” tanya Kyai Faqih penasaran.
“Sudah, minum saja tehmu,” pinta Gus Miek yang semakin membuat Kyai Faqih penasaran.
Setelah keduanya menghabiskan minuman teh yang telah dipesannya, Gus Miek berkata pada Kyai Faqih, “Satu yang utuh itu, bungkus saja. Ayo kita teruskan perjalanan!”
Sambil membawa bungkusan plastik teh hangat, Kyai Faqih clingak-clinguk di depan motornya. Bagaimana tidak? Motor tidak bisa jalan buat apa?
“Cepat masukkan teh hangatmu itu ke tanki motor,” pinta Gus Miek. “Waduh, bisa protol nanti mesin motorku,” batin Kyai Faqih.
“Heiii, kenapa diam? Cepat masukkan,” pinta Gus Miek sekali lagi.
“Njih Gus (Iya Gus),” jawab Kyai Faqih. “Sekarang stater,” pinta Gus Miek.
Dan ajaib, motor itu hidup lagi. Keduanya lalu meneruskan perjalanan sampai ke dalem Gus Miek. Alih-alih mempersilahkan masuk untuk istirahat sebentar, Gus Miek malah berkata, “Jangan di matikan mesinnya, langsung pulang sana. Keburu habis bensinnya.”
Kisah tersebut disampaikan Mbah Kyai Baghowi (Suriah NU Nganjuk) dan Kangmas Nabhan Ibnul Qayyim (Keponakan Kyai Faqih).***