Daftar Isi
Suatu ketika Kiai Abdurrahman Wahid atau Gus Dur mengajak asisten pribadinya Kiai Sastro al Ngatawi berziarah ke Makam Eyang Gusti Aji di kaki Gunung Lawu.
Mendengar nama gunung itu saja Ki Sastro terheran-heran dan bertanya kepada Gus Dur “Gus, serius mau ajak ziarah ke Gunung Lawu? Itu kan tempat ziarah kaum abangan Gus!”.
Gus Dur menjawab “Lah iya serius”.
Ki Sastro tambah penasaran mendengar jawaban Gus Dur itu. Ia kembali bertanya “Disana kita ngapain Gus?”
Kembali dengan gaya santai Gus Dur menjawab “Ya Tahlil, mau ngapain lagi kalau bukan Tahlil?”.
“Tapi Gus, itu kan disana pentolannya Kaum Abangan?” Tanya Ki Sastro kembali.
“yang ngerti Islam atau bukan Islam itu hanya Gusti Allah” Jawab Gus Dur kembali dengan gayanya.
Sampai disana, Tahlil pun digelar dengan do’a yang ditutup dengan kalimat “Doa untuk ahli kubur yang dimakaman disini, kalau Engkau meridhoi”.
Setelah selesai tahlil, juru kunci meminta Gus Dur untuk masuk dalam gedung tempat penyimpanan pusaka. Disana, ia diminta mengambil pusaka, dan apa yang diambil itu yang nantinya akan jadi pegangan. Gedungnya sendiri pun tidak memakai lampu sehingga gelap gulita dan pemilihan pusaka yang akan diambil akhirnya sangat spekulatif.