Awal Mula Islam Masuk ke Pajajaran saat Diperintah Prabu Siliwangi

Diposting pada

Daftar Isi

KERAJAAN PAJAJARAN pada masa puncaknya saat Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi memimpin. Konon tak hanya membawa pada puncak kejayaan, Sri Baduga Maharaja juga dikenal sebagai raja yang pluralis.

Konon masyarakat Sunda di masa Kerajaan Pajajaran didominasi oleh agama nenek moyang Hindu dan Buddha. Hal ini diungkapkan pula pada buku “Hitam Putih Pajajaran: dari Kejayaan hingga Keruntuhan Kerajaan Pajajaran” karya Fery Taufiq El Jaquene.

Namun di samping dua agama utama mayoritas di Sunda kala itu, ada sebuah agama baru yang mulai masuk ke Pajajaran. Saat itu memang Prabu Siliwangi tak mempermasalahkan adanya agama baru bernama Islam tersebut.

Dikisahkan pada naskah Carita Parahyangan diketahui masyarakat Sunda sedikit demi sedikit mulai mengenal agama baru melalui jalur perdagangan, pernikahan, dan politik. Pada Carita Parahyangan dikatakan “Ajaran dari leluhur dijunjung tinggi sehingga tidak akan kedatangan musuh, baik serupa laskar maupun penyakit batin. Senang bahtera di utara, barat, dan timur. Yang tidak merasa sejahtera hanyalah rumah tangga orang yang banyak serakah akan ajaran agama”.

Kedatangan agama baru ini memang awalnya sempat menimbulkan friksi di masyarakat. Mereka yang meninggalkan agama Hindu-Buddha, kemudian masuk Islam, maka akan mendapat resiko yang ditanggung sendiri.

Salah satu yang dialami putra Bunisora, bernama Bratalegawa, yang masuk Islam karena menikah dengan seorang muslim yang berasal dari Gujarat. Ketika kembali ke Galuh, yang menjadi bagian dari Kerajaan Pajajaran, Bratalegawa mengunjungi Ratu Banawati, adik bungsunya yang pada waktu itu sudah menikah dengan salah seorang bangsawan dari Galuh.

BACA JUGA:  Nurun Nur, Cahaya di atas Cahaya

Bratalegawa mengajak adiknya Ratu Banawati untuk masuk islam, tetapi ditolak. Hal ini membuat Bratalegawa pergi ke Cirebon Girang tempat kakeknya berkuasa, Giridewata. Di Cirebon, Bratalegawa kembali mengajak kakeknya untuk memeluk agama Islam, tetapi sekali lagi juga ajakannya ditolak.

Kendati mendapat penolakan, bukan berarti hubungan kekeluargaan Bratalegawa retak, mereka tetap saling komunikasi sewajarnya. Konon cikal bakal kedatangan telah ada sejak zaman Prabu Niskala Wastu Kancana, masih menjadi raja, pada abad 14 Masehi, kira – kira seabad sebelum era Prabu Siliwangi.